Dua Hal Ini Jadi Kendala Pengerajin Daerah di Sumsel
JawaPos.com – Permodalan dan teknik produksi menjadi kendala yang dihadapi oleh pengerajin dan usaha kecil menengah (UKM). Hal itu membuat, kerajinan khas daerah yang seharusnya memiliki peluang untuk menyumbang devisa negara, menjadi tidak optimal.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Mufidah Jusuf Kalla mengatakan, saat ini hampir rata-rata pengerajin daerah masih berkutat di skala bisnis yang kecil. Karena, produksi dilakukan dengan cara tradisional. Sehingga produksinya menjadi lambat. Hal ini, membuat daya saing kerajinan lemah dan hanya memenuhi kebutuhan domestik dalam negeri.
“Hal ini juga dikarenakan permodalan yang masih minim. Sehingga belum dapat memproduksi secara besar,” katanya saat ditemui di Palembang, Jumat (11/5).
Karena itu, menurutnya perlu dorongan agar kendala ini dapat diatasi. Ia mengungkapkan, saat ini Dekranasda selaku mitra pemerintah dalam membina pengerajin, tengah mendorong Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk menggelontorkan bantuan modal serta bimbingan teknis ke pengrajin yang potensial untuk dikembangkan.
Untuk di Sumsel sendiri, lanjut Istri Jusuf Kalla ini, memiliki segudang produk kerajinan yang dapat dikembangkan. Seperti kain songket, jumputan dan beberapa produk lainnya.
“Karena itu, kami minta Dekranasda Sumsel untuk terus menggali potensi kerajinan yang dapat dikembangkan. Dan kualitasnya harus baik. Terus berkoordinasi baik pihak pemerintah, swasta dan lain sebagainya,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua Manajemen Usaha Dekranas, Bintang Puspayoga menambahkan, pihaknya selalu mendorong agar para pengrajin memproduksi kerajinan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Karena itu, pihaknya selalu memberikan pemahaman. Karena menurutnya, hal ini sangat penting agar produk yang dihasilkan bisa dipercaya. “Kami juga kadang memberikan bimbingan teknis untuk meningkatkan kemampuan pengrajin dalam mengelola usaha mereka,” singkatnya.
Ditempat yang sama, Direktur Lembaga Pengelola Dana Bergulir – Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM), Braman Setyo menambahkan, saat ini total dana yang telah digulirkan ke UMKM sejak tahun 2008 sampai 2018 yakni sebesar Rp 8,5 triliun.
Dana itu diperuntukkan kepada 1.015.690 UMKM, 76 Mitra Koperasi Sekunder, 2547 Mitra Koperasi Primer, 371 Mitra Perusahaan Modal Ventura, bank serta 1407 UMKM strategis di Indonesia.
“Kedepan penyaluran dana bergulir ini akan diperluas dan diharapkan mampu ke pelosok daerah,” pungkasnya.